Sabtu, 28 Mei 2011

Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Medikal Bedah: Hepatitis

A.    Konsep Dasar Hepatitis
1.      Pengertian
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis adalah peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan nekrosis dan de-generasi sel (Charlene J. Reeves, et al, 2001 : 143).
Hepatitis adalah suatu inflamasi pada hati yang menyebabkan suatu gangguan pada ekskresi bilirubin (Gorzemen and Bowdoin, 1990:150).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghsilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer and Suzanne, 2002: 1169).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Hepatitis adalah suatu penyakit infeksi dan kerusakan akibat radang  pada jaringan hati yang menyebabkan gangguan fungsi.
2.      Etiologi
Penyebab Hepatitis terdiri dari infeksi virus (A,B,C,D,E) obat-obatan kimia, dan racun, reaksi-reaksi dari tranfusi darah yang berubah jadi virus Hepatitis, hipertiroid, dan ingesti etil alkohol (senyawa kimia), hasilnya dalam Hepatitis alkohol (Blank Joyce. et al. 1987 : 1500).
Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV). Virus Hepatitis B (HBV) merupakan virus DNA berselubung ganda berukuran 42 mm yang memiliki lapisan permukaan  dan bagian inti. HBV memiliki cincin sirkular dalam partikel pusat (HBcAg) yang dikelilingi suatu lapisan protein permukaan (HBsAg). Virus ini juga mengadung antigen “e” (HBeAg).
 Penanda serologis yang pertama dipakai untuk identifikasi HBV adalah antigen permukaan (HBsAg, dahulu disebut “Antigen Australia”), yang positif kira-kira 2 minggu sebelum timbulnya gejala klinis, dan biasanya menghilang pada masa konvalesen dini tetapi dapat pula bertahan selama 4 sampai 6 bulan. Infeksi HBV merupakan penyebab utama Hepatitis akut, Hepatitis kronis, Sirosis dan kanker hati diseluruh dunia.
Cara utama penularan HBV adalah melalui parenteral dan menembus membran mukosa, terutama melalui hubungan seksual. Menurut sumber dari http://www.wikipedia.com diterangkan bahwa dibandingkan virus AIDS (HIV), virus Hepatitis B (HBV) ini ternyata seratus kali lebih ganas (infectious), dan sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan. Masa inkubasi rata-rata adalah sekitar 60 hingga 90 hari. HBsAg telah ditemukan pada hampir semua cairan tubuh orang yang terinfeksi-darah, semen, saliva, air mata, asites, air susu ibu, urine, dan bahkan feses. Setidaknya sebagian cairan tubuh ini (terutama darah, semen dan saliva) telah terbukti bersifat infeksius. Sama hal dengan virus lain, maka virus Hepatitis B ini juga tidak dapat mengadakan replikasi tanpa bantuan sel hospes. Setelah partikel virus B yang utuh masuk ke dalam tubuh maka DNA genome virus tersebut akan diangkut ke dalam inti sel hati, di mana akan terjadi transkripsi genome virus B dan terjadi replikasi dari DNA virus B dalam inti sel hati.
 Menurut Price (1995) Infeksi HBV ini dapat menyerang semua golongan usia atau kelompok-kelompok tertentu dan orang-orang yang memiliki cara hidup tertentu yang beresiko tinggi untuk terinfeksi virus HBV, kelompok ini mencakup :
a.       Imigran dari daerah endemis HBV.
b.      Pengguna obat IV yang sering bertukar jarum dan alat suntik
c.       Pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau orang yang terinfeksi.
d.      Pria homoseksual yang secara seksual aktif.
e.       Pasien rumah sakit jiwa.
f.       Narapidana pria.
g.      Pasien hemodialisis dan penderita hemophilia yang menerima produk tertentu dari plasma.
h.      Kontak serumah dengan carier HBV.
i.        Pekerja sosial di bidang kesehatan, terutama yang banyak kontak dengan darah.
j.        Bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi, dan dapat terinfeksi pada saat atau segera setelah lahir.  
3.      Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (Hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami Hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin dalam urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada kulit dan ikterus.
4.      Manifestasi klinis
Gejala klinik Hepatitis B akut hampir tak berbeda dengan gejala klinik Hepatitis tipe lainnya. Perjalanan Hepatitis akut dibagi menjadi 4 tahap, (sumber : Arifin. 2008. www.rusari.com diperoleh tanggal 21 Juli 2008)
a.       Masa inkubasi
Masa inkubasi, yang merupakan antara saat penularan infeksi dan saat timbulnya gejala / ikterus, berkisar antara 1-6 bulan, rata-rata 60-75 hari. Panjangnya masa inkubasi tergantung dari dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan. Makin besar dosis virus yang ditularkan, makin pendek masa inkubasi
b.      Fase Pre Ikterik (3-14 hari)
Fase ini adalah waktu antara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala dan ikterus. Keluhan awal non-spesifik seperti malaise, rasa lemas, lelah, anoreksia, mual, sampai muntah, terjadi perubahan pada indera rasa dan penciuman, panas yang tidak tinggi, nyeri kepala, nyeri otot-otot, rasa tidak enak  / nyeri abdomen bagian atas tengah / kanan; pada sebagian kecil penderita dapat timbul “serum sicknees-like syndrome”: febris, urtikaria, artralgia (sering pada ekstremitas bawah); perubahan warna urin menjadi coklat sering sudah dapat dilihat antara 1-5 hari sebelum timbul ikterus.
 c.       Fase Ikterik
Dengan timbulnya ikterus, keluhan-keluhan prodromal secara berangsur akan berkurang, kadang rasa malaise, anoreksia masih sering berlangsung, dan nyeri abdomen kanan atas bertambah. Lama berlangsungnya ikterus dapat berkisar antara 1-6 minggu, umumnya pada anak paling cepat menghilang, pada orang dewasa ikterus didapatkan anatara 1-3 minggu. Beberapa penderita Hepatitis B akut menunjukkan ikterus selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan disertai ciri-ciri kolestasis : termasuk varian manifestasi Hepatitis B akut : tipe kolestatik, yang akan dibahas kemudian. Dalam fase ini teraba hepatomegali ringan, nyeri tekan; splenomegali ringan dan limfadenopati servikal terdapat pada 10-15% kasus.
d.      Fase penyembuhan
Fase penyembuhan diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan-keluhan, walaupun rasa malaise dan cepat capek kadang masih terus dirasakan; hepatomegali dan rasa nyerinya juga berkurang. Fase penyembuhan lamanya bervariasi berkisar antara 2-21 minggu. Penyembuhan klinis dan biokimiawi sempurna dapat diharapkan terjadi dalam 3-4 bulan setelah timbulnya ikterus, untuk sebagian besar kasus Hepatitis B akut ikterik yang tanpa komplikasi.
5.      Pemeriksaan Laboratorium
Berbagai pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa Hepatitis dan akibat lanjut dari proses penyakit. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada pasien Hepatitis Biasanya disesuaikan dengan kondisi pasien dan data yang dibutuhkan. Untuk mempermudah pemahaman akan pemeriksaan yang lazim dilakukan pada kasus Hepatitis B.
6.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap pasien Hepatitis terdiri dari istirahat, diet, dan pengobatan medikamentosa (Mansjoer, 2001 : 514).
a.       Istirahat
Pada periode akut dan dalam keadaan lemah, pasien Hepatitis B diharuskan untuk istirahat yang cukup karena pada kondisi-kondisi tertentu klien akan merasakan keletihan. Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan, akan tetapi istirahat dapat membantu memperkecil kemungkinan gangguan fungsi hati yang lebih serius.
b.      Diet
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infuse. Jika tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori (30-35 kalori/kg BB) dengan protein cukup (1 g/Kg BB). Pemberian lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi. Dahulu ada kecenderungan untuk membatasi lemak, karena disamakan dengan penyakit kandung empedu.
c.       Medikamentosa
Penatalaksanaan medikamentosa terhadap pasien Hepatitis adalah sebagai berikut :
1)      Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah. Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestasis yang  berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3 x 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off.
2)      Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
3)      Antibiotik tidak jelas kegunaannya.
4)      Jangan diberikan antiemetic. Jika perlu sekali dapat diberikan golongan fenotiazin.
5)      Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma, penanganan seperti pada koma hepatik.
7.      Komplikasi
Tidak seiap pasien dengan dengan Hepatitis virus akan mengalami perjalanan penyakit yang lengkap. Sejumlah kecil pasien memperlihatkan kemunduran klinis yang cepat setelah awitan ikterus akibat Hepatitis fulminan dan nekrosis hati massif. Hepatitis fulminan dicirikan oleh tanda dan gejala gagal hati akut (penciutan hati), kadar bilirubin serum meningkat cepat, pemanjangan waktu protrombin yang sangat nyata, dan koma hepatik. HBV bertanggung jawab atas 50% kasus Hepatitis fulminan, dan sering disertai infeksi HDV.
Komplikasi yang paling sering dijumpai adalah Hepatitis kronik persisten, dan terjadi pada 5% hingga 10% pasien. Setelah Hepatitis virus akut, sejumlah kecil paien akan mengalami Hepatitis agresif atau kronik aktif, dimana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti, dan perkembangan Sirosis. Kematian biasanya terjadi dalam kurun waktu 5 tahun akibat gagal hati atau komplikasi Sirosis. Akhirnya, suatu komplikasi lanjut dari Hepatitis B yang cukup bermakna yang sering dijumpai di negara-negara berkembang adalah karsinoma hepatoseluler (Sylvia A. Price, 1990 : 443-444).
B.     Asuhan Keperawatan pada Klien Hepatitis
      Terlampir



  Selengkapnya Download Disini






Tidak ada komentar:

Posting Komentar