Sabtu, 28 Mei 2011

Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Medikal Bedah: Hipertensi

A.   Konsep Dasar Hipertensi
1.    Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas  140 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg, namun pada populasi manula  didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg, dan tekanan diastolic 90 mmHg. ( Brunner & Suddarth, 2002: 896)
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat hipertensi. ( Mansjoer, Arif M, 2001 : 518 )
Jadi dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan kondisi tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg, dan pada populasi manula tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan diastolik  lebih dari 90 mmHg.
2.  Etiologi
Penyebab hypertensi dibagi 2, yaitu :
a.       Hypertensi essensial (primer), yaitu hypertensi yang berhubungan dengan obesitas, hyperkolesterodemia, diet tinggi garam, diabetes, stress, kepribadian tipe Atau, riwayat keluarga, merokok dan kurang olahraga.
b.      Hypertensi sekunder yaitu hypertensi yang disebabkan oleh beberapa faktor :
1)   Renovaskuler; penyakit perenkim, misalnya glumerolonepritis akut dan menahan.
2)   Penyempitan (stenosis) arteri renalis, akibat aterosklerosis atau fibroplasias bawaan.
3)   Penyakit atau sindrom cushing, dapat disebabkan peningkatan sekresi glukokortikoid akibat penyakit adrenal atau disfungsi hipofisis.
4)   Aldosteronisme primer; peningkatan sekresi aldosteron, akibat tumor adrenal.
5)   Feokromositoma, tumor medulla adrenal   yang berakibat peningkatan sekresi katekolamin adrenal.
6)   Koarktasio aorta, kontraksi aorta bawaan pada tingkat ductus arteriosus, dengan peningkatan tekanan darah diatas kontraksi dan penurunan tekanan dibawah kontraksi.
1.     Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras syaraf simpatis, yang berlanjut kebawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem syaraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut syaraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norefineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norefineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem syaraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kalenjer adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medulla adrenal mengsekresi efineprin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortikol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan darah keginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Smeltzer dan Bare. 2001 : 898)
2.      Manifestasi Klinis
                 Manifestasi yang ditimbulkan oleh hypertensi, yaitu pusing, cepat marah, telinga berdenging, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah dan mata berkunang-kunang.
3.      Komplikasi
Komplikasi dari hypertensi, yaitu gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gagal jantung dan gangguan ginjal.
4.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Hemoglobin/ hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hyperkoagulabilitas, anemia.
b.      BUN/kreatin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c.       Glukosa : hyperglikemia dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hypertensi).
d.      Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama untuk menjadi efek samping terapi diuretic.
e.       Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hypertensi.
f.       Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskular).
g.      Pemeriksaan tyroid : hypertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hypertensi.
h.      Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
i.        Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hypertensi.
j.        Steroid urine : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi pituitary, sindrom cushing’s kadar rennin dapat juga meningkat.
k.      Intra vena pressure : dapat mengidentifikasikan penyebab hypertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal ureter.
l.        Foto dada :  dapat menunjukkan obtruksi klasifikasi pada area katup; deposit pada dan/atau takik aorta; pembesaran jantung.
m.    Computer tonografi scanning : mengkaji tumor serebral, Cairan Spinalis Vertebra, ensefalopati atau feokromositoma.
n.      Elektrokardiogradi : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,gangguan konduksi. Catatan : luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hypertensi.
5.      Penatalaksaan atau Pengobatan
Penatalaksanaan pasien dengan hipertensi pada fase awal bias dengan cara memodifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan resiko kardiovaskuler dengan biaya sedikit, dan resiko minimal. Tata laksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai obat atihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang dianjurkan adalah untuk :
a.       Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥ 27).
b.      Membatasi alcohol.
c.       Meningkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit/hari).
d.      Mengurangi asupan natrium.
e.       Mempertahankan asupan kalium yang adekuat.
f.       Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.
g.      Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.
Penatalasanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian pasien di mulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai umur, kebutuhan, dan usia.

B.    Asuhan Keperawatan Teoritis Dengan Klien Hipertensi
      Terlampir

 Selengkapnya Download Disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar