Sabtu, 28 Mei 2011

Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Medikal Bedah: Cedera Kepala

A.    Konsep Dasar Cedera Kepala
1.      Pengertian
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang di sertai atau tanpa di sertai perdarahan intertitial dalam substansi otak tampak di ikuti terputusnya kontinuitas otak.
Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak (Brunner & Suddarth 2002 : 2210).
Trauma krania serebral atau trauma kepala merupakan trauma atau yang di sebab kan oleh kekuatan fisik eksternal yang menyebabkan kerusakan atau perubahan tingkat kesadaran (Donna & Merylin : 1993).
Dari pengertian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa cedera kepala adalah suatu peristiwa traumatik yang mempengaruhi dari dfungsi otak yang disebabkan benturan sehingga menyebabkan perdarahan dan kerusakan fungsi otak.
2.      Etiologi
Cedera kepala dapat di sebabkan karena kecelakaan lalu lintas, terjatuh. Kecelakaan industri, kecelakaan olah raga, luka pada persalinan. Resiko utama pasien yang mengalami cedera kepala adalah  kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial (Brunner & Suddarth 2002 : 2210).
 3.      Mekanisme Cedera
Berdasarkan benturan pada kepala yang dapat di sebabkan karena adanya daya/kekuatan yang mendadak di kepala. Ada tiga mekanisme yang berpengaruh dalam trauma kepala yaitu :
a.       Aselerasi
Kepala diam di bentur oleh benda yang bergerak, biasanya yang terjadi hanyalah luka benturan karena akan bergerak mengikut arah gaya benturan.
b.      Deselerasi
Kepala yang bergerak membentur benda yang diam. Kekuatan benturan akan bekerja penuh pada kepala dan dapat menyebabkan terjadi bermacam-macam lesi.
c.       Deformasi
Kepala yang bergerak karena menyender pada benda lain, di bentur oleh benda bergerak
d.      Coup or counter  (aselerasi, deselerasi)
Cedera kepala yang kompleks karena melibatkan struktur-struktur kranium, parenkim, otot dan jaringan otak sehingga mengakibatkan fungsi tergangg
4.      Pathway
Terlampir
5.      Manifestasi Klinis
Secara umum  gejala-gejala yang muncul bergantung pada cedera lokal dan distribusi cedera otak. Nyeri yang menetap atau setempat, biasanya menunjukkan adanya fraktur tengkorak, tingkat kesadaran dan kerusakan jaringan otak.
1.      Fraktur Tengkorak
Fraktur tengkorak dapat melukai pembuluh darah dan saraf-saraf otak, merobek durameter yang mengakibatkan perembesan cairan serebrospinalis, jika terjadi fraktur tengkorak kemungkinan yang terjadi adalah :
·         Keluarnya cairan serebrospinalis atau cairan lain dari hidung (rhinorhoe) dan telinga (Otorrhoe).
·         Kerusakan saraf kranial
·         Perubahan di belakang membran timpani
·         Ekimosis pada periorbital
Jika  terjadi fraktur basiler, kemungkinan adanya gangguan pada saraf kranial dan kerusakan bagian  dalam telinga sehingga kemungkinan tanda dan gejalanya :
·         Perubahan tajam penglihatan karena nervus optikus.
·         Dilatasi pupil  dan hilangnya kemampuan pergerakan beberapa otot mata karena kerusakan nervus okulomotorius.
·         Paresis wajah karena kerusakan nervus fasialis
·         Vertigo karena kerusakan otolith dalam telinga bagian dalam
·         Nistagmus karena kerusakan pada sistem vestibular
·         Warna kebiruan di belakang telinga diatas mastoid (Battle sign)
6.      Klasifikasi  Cedera Kepala
a.       Berdasarkan kerusakan  jaringan  otak
·         Komosio serebri (Gegar Otak) gangguan fungsi neurologik ringan tanpa adanya kerusakan struktur otak, terjadi hilangnya kesadaran  kurang dari 10 menit atau tanpa disertai amnesia.
·         Kontusio serebri (memar) gangguan fungsi neuron logik disertai kerusakan  jaringan  otak tetapi kontuinitas otak masih utuh, hilangnya kesadaran  lebih dari 10 menit.
·         Laserasi serebri, gangguan fungsi neurologik disertai kerusakan otak yang berat dengan fraktur tengkorak terbuka. Massa otak terkelupas keluar dari rongga intrakranial.
b.      Berdasarkan berat ringannya cedera kepala
·         Cedera kepala ringan : Jika GCS antara 13-15 dapat terjadi kehilangan kesadaran  kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio atau hematom.
·         Cedera kepala sedang : Jika nilai GCS antara 9-12 hilang kesadaran antara 30 menit sampai 24 jam, dapat disertai fraktur tengkorak dan disorientasi ringan.
·         Cedera kepala berat : Jika GCS antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya disertai kontusio, laserasi atau adanya hematom edema serebral.
7.      Pemeriksaan Penunjang
a.       CT Scan (Computed Tomography Scanning)
Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran  secara mendetail  bagian-bagian yang cedera terhadap jaringan yang lunak.
b.      MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk menentukan perubahan patologi sistem saraf pusat.
c.       Angiografi
Untuk menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan , trauma.
d.      EEG
Untuk  menentukan prognosis dengan merekam pantauan atau ulangan membantu  menetapkan lokasi nyeri
8.      Komplikasi
Adapun komplikasi dari cedera kepala berat adalah (Mansjoer, 2000):
a.       Kebocoran cairan serebrospinal dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen dan terjadi 2-6% pasien dengan cedera kepala tertutup
b.      Fistel karotis-kavernous ditandai dengan trias gejala: eksoftalmus, ekimosis, dan bruit orbita, dapat timbul segera beberapa hari setelah cedera. Angiografi diperlukan untuk konfirmasi diagnosis  dan terapi dengan oklusi balon endovaskuler merupakan cara yang paling efektif dan dapat mencegah hilangnya penglihatan yang permanen
c.       Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama), dini (minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu)
9.      Penatalaksanaan
Pedoman resusitasi awal (Mansjoer, 2000)
a.       Menilai jalan napas
Bersihkan jalan napas dari debris dan muntahan, lepaskan gigi palsu, pertahanan tulang servikal segaris dengan badan dengan memasang kolar servikal, pasang guedel bila dapat ditolerir
b.      Menilai pernapasan
Tentukan apakah pasien bernapas spontan atau tidak. Jika tidak, beri oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien bernapas spontan, selidiki dan atasi cedera dada atau pneumotoraks, pneumotoraks tensif, hemopneumotoraks. Padang oksimeter nadi, jika tersedia, dengan tujuan menjaga saturasi oksigen minimum 95%.
c.       Menilai sirkulasi
Otak yang rusak tidak mentolerir hipotensi. Hentikan semua perdarahan dengan menekan arteri. Perhatikan secara khusus adanya cedera intra abdomen atau dada. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Pasang jalur intravena, ambil darah vena untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, ureum,elektrolit, glukosa, dan analisa gas darah arteri.
d.      Obat kejang
Kejang konvusif dapat terjadi setelah cedera kepala dan harus diobati.
e.       Menilai tingkat keparahan
1)      Cedera kepala ringan
Pasien cedera kepala ini umumnya dapat dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan CT scan bila memenuhi kriteria:
a)      Hasil pemeriksaan neurologis (terutama status mini mental dan gaya berjalan) dalam batas normal
b)      Foto servikal jelas normal
c)      Adanya orang yang bertanggung jawab untuk mengatasi selama 24 jam pertama, dengan instruksi untuk segera kembali ke bagian gawat darurat jika timbul gejala perburukan
2)      Cedera kepala sedang
Pasien yang menderita kontusio otak dengan skala koma Glasgow 15 (sadar penuh, orientasi baik dan mengikuti perintah) dan CT Scan  normal tidak perlu dirawat. Pasien ini dapat dipulangkan untuk observasi dirumah, meskipun terdapat nyeri kepala, mual, muntah, pusing atau amnesia.
3)      Cedera kepala berat
Setelah penilaian awal dan stabilitas tanda vital, keputusan segera pada pasien ini adalah apakah terdapat indikasi intervensi bedah saraf segera (hematoma intrakranial yang besar). Jika ada indikasi, harus segera dikonsultasikan kebedah saraf untuk tindakan operasi.

B.     Asuhan Keperawatan Teoritis Klien Dengan  Cedera Kepala Sedang
      Terlampir

 Untuk lebih lengkapnya silahkan download di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar