Sabtu, 28 Mei 2011

Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Medikal Bedah: Anemia

A.  Anemia (Defisiensi Besi, Pernisiosa, Aplastik, Hemolitik)
1.   Pengertian
“Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah.” (Doenges E. Marrlyn, 1999:569)
            “Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah”. (Price A. Sylvia, 2002:232)
            ‘Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Penyebab anemia”
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya.
  1. Penyebab anemia
 Penyebab anemia antara lain sebagai berikut:
a.       Anemia pasca perdarahan: akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun: cacingan.
b.      Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
c.       Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie, dll. Sedang faktor ekstrasel: intoksikasi, infeksi-malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.
d.      Anemia aplastik disebakan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).
3. Klasifikasi anemia
a..  Anemia defisiensi besi
Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya kira-kira 2 mg yang diserap.
a.       Anemia pada penyakit kronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial siderosis. Anemia pada penyakit kronik merupakan jenis anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi yang dapat ditemukan pada orang dewasa di Amerika Serikat.
b.      Anemia pernisiosa
Kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan absorpsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun.
c.       Anemia defisiensi asam folat
Asam folat terutama terdapat dalam daging, susu dan daun-daun yang hijau. Umumnya berhubungan dengan malnutrisi.
d.      Anemia karena perdarahan
Anemia karena perdarahan hebat misalnya kecelakaan, pembedahan, persalinan dan menstruasi.
e.       Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari), baik sementara atau terus-menerus.
f.       Anemia hemolitik autoimun
Anemia hemolitik autoimun (Autoimmune Hemolytic Anemia, AIHA) merupakan kelainan darah yang didapat.
g.      Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.
4.      Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misal berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
        Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin, yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.
        Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam palsma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) maka mengikat semuanya hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.
5.  Tanda dan Gejala
a.       Tanda-tanda umum anemia:
1)      Lelah
2)      Lemah
3)      Kurang tenaga
4)      Kepala terasa melayang
5)      Pucat pada mukosa faring
6)      Susah berkonsentrasi
b.      Manifestasi khusus pada anemia:
1)      Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
2)      Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6 – 10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb< 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat. Anemia aplastik: ikterus, hepatosplenomegali.
5.      Penatalaksanaan
a.       Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
b.      Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3 x 10 mg/kg BB/hari. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb< 5 gr/dl.
c.       Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat.

B. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ganguan Sistem Hematologi : Anemia (Pendarahan
     Terlampir


  Selengkapnya Download Disini 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar